Puisi Dari Sahabat


puisi dari sahabat



Hujan..

Rintihan alam meratapi kepergian;

Sepotong hati yg berdarah.

Namun tinggalkn sunggingan pahit, dan kepuasan.



Katakan aku t’lah menyakitimu;

Katakan bencimu masih merindu;

Kutahan langkahmu dgn tatapku;

Langkah yg jauh nmn memaling.



Bila dia jadi bahagiamu yg kedua.

Kulepas cinta yg sesungguhnya bukan sisa;

Kuhapus bayang pelukmu,

sebab rasamu kini bernoda.

————————————————————————————————————–

MENGAPA



Mengapa hrs lara?

Bukankah pada sosoknya tak kutemukan nada?

Mengapa harus kutangisi

Sedang dia tertegun menyembunyikan rona wajahku dingin, tak berhati!



Mengapa rusuk harus remuk-

sedang jiwanya sudah lama binasa.

Tak ada artinya kata “maaf”.

Sebab yang dia butuhkan adalah “rasa”;

Tp ku tk pernah “merasai”.



Mengapa harus kehilangan,

sedangkan dia merasa tak diharapkan.

Gejolak; Bergolak; Tercampak, Tp tak bisa beriak!

Sedang tangisnya tenang- hanyut!



Apa yang kutangisi;

Bukankah susah merajut benang kusut?!

Kulukai diriku sendiri

sedang tetesan darahmu sepanjang jalan.



Di gerbang syurga, mungkinkah kelak kita bisa - kembali bersua??

Ambillah secarik ..kenangan dariku.

Juntaikan di tubuh lunglaimu;

Agar nafasku,..tak nian tersengal…. ;

Memberati langkahmu.



Bwt: “F”.

—————————————————————————————————————————–

ENTAHLAH



Kadang jalan Tuhan..

tuk memisahkn dua hati insan bikin miris teriris,

Tertegun dalam lamunan perih.



Tp kebersamaan tk ckup hanya dgn ‘jika’.

Warna cinta itu harus jelas,

kalau mau berujung bahagia.



Setelah terbelenggu oleh perbedaan;

Dan langkah kita terpenggal di garis keraguan,

Tp selalu saling memandang pilu.



Pada saat kumasih menata bunga di vas kembang;

Mencoba menyalakan candlelight-

sbg persiapan kencan malam romantis.

Diam- diam langkahmu surut ke pantai.

Silau olh cahaya yg memantul di dinding.



Dan ketika kusibak tirai di jendela,

Silhuet tanganmu yg satu melambai,

satu lg melingkar di pundak yg lain.

Meski matamu berkaca……

Namun hatiku yang hancur.



#By ‘Eka Ros Kemuning’

————————————————————————————————————————-



Mengapa Mesti Halangi Dia

Seorang manusia ingin bahagia

Tapi haknya dipasung oleh aturan sosial;

Dikekang oleh adat.



Sekeping’hati’ adalah milik manusia sendiri;

Tapi sosok menjadi milik orang- orang yang mengaku menyayanginya.

Di abad milenium ini,

mengapa justru..banyak ‘cinta’ yang tidak memiliki kebebasan.

Aturan dibuat-buat hanya untuk mencapai ambisi dengki.



Lihatlah dia yang kini terpuruk dalam kesepian;

Ketidakpastian; ketidakberdayaan.

Terjerumus dalam luka yang kering;

Tersungkur dalam kebinasaan yang riang;

Glamor dalam kesedihan yang diam.



Tolong bebaskan semburatnya;

Lapangkan langkahnya dalam meraih kekasih impian;

karena ‘bahagianya’ .. Bukan dalam keinginan orang- orang posesif!

Bwt “R.A.”

Karya: Eka Ross

———————————————————————————————————-

“Kepada Ibu Seorang Lelaki”



Jika ada yang paling mengerti perasaanku,

mungkin adalah ‘kau’ Ibu!

Ibu….Dengan teduh tatapmu.

Izinkan aku, bisa menyelami hati anakmu.



Dengan apa harus kukatakan,

aku mencintainya?!

Kerna dengan kata dan airmata saja.

Aku cuma dianggap penyair picisan.



Ibu..Boleh kupinjam jemarimu,

agar dia tahu, dalam setiap tatapku..ada seribu belaian.

Ibu..Mungkin adalah ‘kau’ orang yang paling menyayangi anakmu;

Tapi bolehkah aku berbagi?!

Walau kasih ini tak sehangat pelukmu;

Cintamu selalu menyelimuti dirinya.



Tapi..seperti dirimu Ibu,

hatiku tak bisa jauh darinya;

Bahkan jika engkau iklas melepasnya,

aku malah ingin memilikinya.

Ibu.. Kasihani aku!!!

Dalam ketidakberdayaan seorang perempuan.



By “Eka Ross

——————————————————————————————————————-



“Kubuatkan Puisi untuk Suara Hatimu”



Cinta itu kadang tidak bisa dikatakan;

Kadang dinyatakan dengan isyarat yang berlawanan.

Cinta juga kadang dikorbankan-dengan menentukan satu pilihan;

Kar’na ‘cinta’ tak selamanya- sejalan dengan kenyataan.

By “Eka Ross”

—————————————————————————————————-



Catatan Harian Senin, 3 Februari ’13.



Antarkan aku pada sesuatu-yang bernama ‘kepercayaan’.

Dengan keterbukaan, kejujuran, dan niat baik.

Siapa pun kamu, rupa nan elok hanyalah baju;

Perhiasan terindah ada dalam hatimu.



Seperti kau tau, hidup ini tiadalah abadi;

Tapi jadikan dirimu senantiasa-ada dalam kenanganku;

Dengan apakah itu??

Jangan jadikan aku bodoh dalam perdayamu;

Karena tidak setiap yang lembut berarti ‘lemah’;



Dan kalaupun aku menjadi lemah;

Jadikan kelemahanku,

sebagai kekuatan tuk ‘menyayangiku.

By “Eka Ross”



——————————————————————————————————————



Kepada Hati Yang Tak Pernah Merindu



Malam ini ..lelah terbaring

Mengharap ada..sekedip sinyal merah

Lalu kubuka dan kutemukan:

Sekuntum senyum; Setegur sapa..

Tapi…. Tiada!



Kutatap BB…………..Ungu terdiam beku!

Kutatap hampa……….

Kutelan kembali seteguk senyum pahit;



Terlalu lama aku Menunggu rasamu!

Tapi “sabar” menjadi pelajaran ” menanti”;

“iklas” menjadi ujian “diberi”;

Kar’na rasa ini tak diundang;

Bagai tamu, tertegun di pintu;

Pelan…. Mengetuk “hatimu!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar